Iklan

terkini

Peran Penting Guru Dalam Mendidik pada Anak Autisme

Redaksi Solo
5/30/25, 23:29 WIB Last Updated 2025-05-30T16:59:43Z
Opini Doktor Elinda Rizkasari tentang Pendidikan anak autisme/Foto : Redaksi Solo


REDAKSISOLO.COM - Opini – Mendidik anak pada usia sekolah dasar memiliki beberapa tantangan tersendiri, bagaimana tidak? Guru anak Sekolah Dasar harus mempunyai skill yang lengkap untuk bisa mendidik anak Sekolah Dasar secara sabar dan bijak. Tak khayal anak Sekolah dasar akan banyak menguji kesabaran bagi guru Sekolah Dasar. 

Hal ini cukuplah wajar, dikarenakan pada anak Sekolah Dasar mereka akan identic dengan rasa penasaran yang tinggi serta memiliki keaktifan pada sepantaran umur mereka. Usia Sekolah dasar merupakan usia dimana anak akan aktif untuk meluapkan energinya yang berlebih baik di Rumah ataupun sekolah.

Sebagai guru sekolah dasar yang baik kita harus mempunyai bekal dalam menghadapi anak Sekolah Dasar, sehingga mempunyai kesabaran serta ketrampilan yang cakap untuk mendidik anak usia Sekolah dasar yang sedang bertumbuh. 

Tetapi pada kondisi anak usia Sekolah Dasar yang Autis harus memiliki kesabaran yang lebih ekstra dibandingkan pada usia anak yang normal. Hal ini dikarenakan pada penderita Autis mereka mengalami keterlambatan dalam semua Indera yang dimiliki.  Penderita autis, atau orang yang mengalami Gangguan Spektrum Autisme (GSA) atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan individu yang mengalami gangguan perkembangan otak yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam berinteraksi sosial, berkomunikasi, dan memiliki pola perilaku yang unik. GSA adalah sebuah spektrum, artinya tingkat keparahan dan gejala autisme dapat bervariasi dari individu ke individu.

Tak khayal seorang Guru harus bisa lebih ekstra sabar dalam mendidik anak Autis supaya bisa tercapai tumbuh kembang mereka selama di Sekolahan. Autism spectrum disorder (ASD), juga dikenal sebagai autisme, adalah kelainan perkembangan saraf yang memengaruhi cara seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia sekitarnya. Seseorang dengan autisme harus bekerja lebih keras untuk beradaptasi dengan lingkungannya, karena itu guru harus bijak dalam memotivasi anak Autis supaya mereka tidak mengalami keterpurukan mental. Perlu diingat bahwa penderita Autisme akan mengalami hal tersebut seumur hidupnya.

Kita tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin seorang anak harus mengalami keterlambatan Indera seumur hidupnya, maka dari itu Di sini, guru tidak hanya dapat memotivasi anak-anak mereka, mereka juga dapat memotivasi orang tua mereka dengan merangkul mereka untuk memastikan bahwa anak-anak Autis menerima pendidikan yang optimal, baik di sekolah maupun di rumah.

Tanda dan gejala autisme pada anak umumnya mencakup kesulitan dalam berinteraksi sosial, berkomunikasi, dan mengalami perilaku yang berulang atau repetitif. Beberapa ciri yang perlu diperhatikan antara lain keterlambatan bicara, kurangnya respons terhadap nama, menghindari kontak mata, dan ketertarikan yang kuat pada hal-hal tertentu. Kemudian aspek yang lain adalah mengalami masalah pada : Gangguan Komunikasi, Gangguan Interaksi sosial, Perilaku repetitive terbatas dan perilaku penurunan sensorik.

Dalam mendidik anak dengan autisme, guru harus melakukan banyak hal, seperti menjadi fasilitator, demonstrator, pengelola kelas, motivator, dan evaluator. Mereka juga harus menjadi pembimbing, pendamping, dan mediator yang membantu anak dengan autisme berkembang dalam interaksi sosial, emosi, dan kemandirian.  Pada anak autisme, guru bertindak sebagai demonstrator dengan menunjukkan contoh.  Dalam situasi ini, guru tidak hanya memberikan instruksi lisan tetapi juga menunjukkan perilaku atau tugas yang harus dilakukan.

Di sini, sebagai guru sekolah dasar yang menangani anak autisme, mereka juga harus mendukung orang tua siswa dengan menerapkan tips motivasi orang tua pada anak autisme, seperti memberikan penguatan positif, membuat lingkungan belajar yang menyenangkan, menjalin hubungan yang baik dengan guru, dan membangun komitmen keluarga yang kuat.  Selain itu, penting untuk memberikan dukungan emosional, mendapatkan dukungan dari komunitas dukungan, dan menekankan bahwa anak adalah yang terbaik.

Karena mendidik anak Autisme berbeda dengan anak siswa biasa, maka disini Guru juga harus melakukan perannya sebagai peran kolaborator selama di Sekolahan. Pihak sekolahan dapat bekerja sama dengan Rumah Sakit Tumbuh Kembang, klinik terapi wicara, atau pusat autisme yang menawarkan berbagai macam terapi, seperti terapi wicara, terapi perilaku, dan terapi okupasi. Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam melakukan terapi di rumah, dengan menerapkan kegiatan yang sudah diajarkan oleh terapis. Disini perqan Guru melatih kembali apa yang sudah diajarkan oleh terapi dengan mengulanginya di Sekolahan. Hal ini terus dilakukan hingga anak Autisme bisa melakukannya secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

Terapi perilaku berbasis analisis perilaku terapan (ABA) adalah salah satu dari beberapa terapi yang dapat membantu anak Autisme. Terapi Perilaku berdasarkan Analisis Perilaku Terapan (ABA) adalah metode terapi yang menggunakan prinsip-prinsip ilmiah untuk memahami dan mengubah perilaku, terutama pada individu dengan gangguan perkembangan seperti autisme. ABA berfokus pada bagaimana lingkungan dan konsekuensi berperan dalam membentuk perilaku dan menggunakan strategi seperti penguatan positif untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. 

Disini peran Guru harus lebih sabar dan ikhlas serta lebih berfokus terhadap niat, bahwa niat mendidik anak Autisme adalah untuk mendapatkan Pahala dari Allah SWT. Dengan niat Ikhlas maka konsep kesabaran pada Guru akan terbentuk, sehingga efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan oleh Guru lebih efektif karena dilakukan dengan hati.


Penulis :

Dr. Elinda Rizkasari.,S.Pd.,M.Pd

Dosen prodi PGSD FKIP Unisri Surakarta


Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Peran Penting Guru Dalam Mendidik pada Anak Autisme

Terkini

Iklan