
![]() |
Mahasiswa KKN Unimus Semarang kelompok 54 ketika berfoto bersama Kepala Desa Pranggong di Kecamatan Andong Boyolali/Foto : Redaksi |
REDAKSISOLO.COM - BOYOLALI - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 54 Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) menghadirkan inovasi dan edukasi digital dalam pengabdian mereka di Desa Pranggong, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Program KKN berlangsung sejak 29 Juli hingga 29 Agustus 2025 dan diikuti oleh 15 mahasiswa dari lintas program studi.
Tiga program unggulan mereka pembuatan alat penabur pupuk sederhana, paving block dari plastik bekas, dan pelatihan penggunaan aplikasi Mobile JKN BPJS Kesehatan mendapat sambutan hangat dari masyarakat desa.
“Ada tiga program kerja kelompok 54 yang kami aplikasikan demi memajukan desa, baik dari aspek teknologi, lingkungan, maupun kesehatan,” ujar Safira Qodarrini, Sekretaris Kelompok 54 UNIMUS.
Mahasiswa mengembangkan alat penabur pupuk manual yang murah dan efisien untuk membantu petani lokal dalam distribusi pupuk. Di sisi lain, mereka juga memanfaatkan limbah plastik rumah tangga untuk membuat paving block sebagai solusi ramah lingkungan sekaligus menanggulangi sampah plastik.
Tak hanya itu, mahasiswa juga menggelar pelatihan langsung tentang penggunaan aplikasi Mobile JKN untuk mengakses layanan BPJS Kesehatan secara digital. Edukasi ini ditujukan bagi warga yang belum familier dengan layanan online, terutama lansia dan ibu rumah tangga.
“Warga desa sangat baik menerima kami. Kami merasa betah tinggal di desa yang indah ini. Semoga program kerja kami bisa terlaksana dengan baik dan memberi manfaat nyata,” ungkap Eko Teguh Wibowo Al Baroki, Ketua Kelompok KKN 54.
Menurut para mahasiswa, kegiatan ini tidak hanya menumbuhkan kepekaan sosial tetapi juga membuka ruang kolaborasi antara kampus dan masyarakat akar rumput. Mereka aktif membaur dengan warga dalam setiap kegiatan harian, dari pertanian hingga kegiatan sosial.
Dosen Pembimbing Lapangan, Prima Trisna Aji, menyampaikan bahwa mahasiswa telah mendapatkan pembekalan sebelum terjun ke lapangan dan akan terus didampingi selama proses implementasi berlangsung.
“Mahasiswa kelompok 54 telah dibekali secara komprehensif. Mereka akan berupaya mengimplementasikan program dengan baik, menjalin komunikasi, dan membangun kerja sama lintas pihak,” jelasnya.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat. Dampaknya dirasakan dalam bentuk peningkatan pengetahuan, kesadaran digital, dan penyediaan sarana sederhana namun fungsional bagi warga desa.