
![]() |
Foto bersama HIPGABI Jawa Tengah seusai mengadakan Pelatihan Pertolongan pertama di acara Care Free Day Simpang Lima/Foto : Redaksi Solo |
REDAKSISOLO.COM - Semarang - Hari Minggu pagi (8/6) Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Wilayah Jawa Tengah bersama mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) mengadakan kegiatan edukatif seputar Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada masyarakat luas dalam momentum Car Free Day (CFD) yang berlangsung di kawasan Simpang Lima Semarang, tepat di depan Gedung Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES), Minggu pagi, 8 Juni 2025, dari pukul 06.30 hingga 09.00 WIB.
Kegiatan ini digelar sebagai bentuk tanggapan terhadap masih tingginya kasus henti jantung dan sumbatan jalan napas (tersedak) di tengah masyarakat, yang sering kali tidak mendapatkan pertolongan awal secara memadai karena kurangnya pemahaman masyarakat umum terhadap penanganan dini. Kondisi ini sering berujung pada kematian yang sebenarnya bisa dicegah apabila tindakan darurat dilakukan dalam waktu yang disebut sebagai "golden period".
Selama ini, Pusat Krisis Kesehatan Indonesia memang telah melakukan sejumlah inisiatif edukasi seputar pertolongan pertama. Namun, sebagian besar masih terbatas pada kalangan instansi pemerintah atau lembaga tertentu. Melihat adanya keterbatasan tersebut, HIPGABI Jawa Tengah berinisiatif menjangkau publik secara langsung, khususnya dalam ruang terbuka seperti CFD, yang rutin dihadiri oleh warga dari berbagai latar belakang usia dan profesi.
Melalui aksi ini, para perawat dari HIPGABI Jateng bersama mahasiswa Keperawatan UNIMUS memberikan edukasi secara interaktif tentang teknik-teknik dasar dalam menangani henti jantung dan tersedak. Edukasi dilakukan dalam bentuk demonstrasi langsung teknik kompresi dada (pijat jantung) untuk pasien yang mengalami henti napas, serta metode Heimlich Manuver untuk korban yang mengalami sumbatan jalan napas. Demonstrasi dilakukan menggunakan boneka simulasi bayi, anak-anak, dan dewasa agar masyarakat memahami variasi teknik sesuai usia korban.
Setelah sesi penyuluhan, masyarakat diberi kesempatan untuk langsung mempraktikkan tindakan pertolongan pertama di bawah pendampingan para instruktur. Tak hanya itu, peserta juga diberikan informasi penting mengenai akses layanan gawat darurat, seperti layanan Ambulan Hebat Semarang yang bisa dihubungi melalui nomor 112 atau 1500-132 untuk keadaan darurat medis di luar fasilitas rumah sakit.
Dalam sesi wawancara, Ketua HIPGABI Jawa Tengah, Ns. Sri Hartini, S.Kep, menekankan pentingnya keberlanjutan program edukasi publik semacam ini guna meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap kondisi darurat di lingkungan sekitar.
“Kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan pertama sangat menentukan keberlangsungan hidup korban. Semakin cepat tindakan dilakukan, maka peluang untuk selamat juga akan semakin besar,” ujar Ns. Sri Hartini.
Hal serupa juga disampaikan oleh dosen Keperawatan UNIMUS sekaligus anggota HIPGABI Jateng, Ns. Arief Sofyan Baydhowy, M.Kep., Sp.Kep.MB, yang menekankan bahwa pengetahuan mengenai Bantuan Hidup Dasar perlu dikuasai oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa harus memiliki latar belakang medis.
“BHD tidak memerlukan pelatihan medis khusus untuk dipahami. Jika dilakukan secepatnya, aliran darah ke otak bisa dipertahankan dengan baik dan kemungkinan selamat akan meningkat secara signifikan,” kata Arief Sofyan.
Sementara itu, salah satu mahasiswa Keperawatan UNIMUS, Safna Fahmae Afinda, yang ikut dalam kegiatan ini, juga menyampaikan rasa bangganya bisa ikut berkontribusi memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Kegiatan ini mendapat respons yang sangat positif dari masyarakat. Saya senang bisa turut serta langsung dalam memberikan pemahaman pertolongan pertama. Akan sangat baik jika kegiatan semacam ini dilakukan secara rutin untuk membentuk masyarakat yang lebih siap menghadapi kondisi darurat,” tutur Finda.
Melalui kegiatan ini, HIPGABI Jateng dan UNIMUS berharap dapat menjadi penggerak edukasi serupa di berbagai daerah lainnya, serta menciptakan komunitas masyarakat yang lebih siap dan mampu bertindak cepat dalam situasi gawat darurat, sehingga angka kematian akibat henti jantung dan tersedak di luar rumah sakit dapat ditekan.