 |
| Ustadz Okeu Setiawan ketika mengisi tausyiah di prodi Keperawatan Unimus Semarang/Foto : Redaksi |
REDAKSISOLO.COM - Semarang, 1 Juli 2025 – Komitmen untuk menghadirkan pelayanan keperawatan yang holistik dan berkeadaban terus digaungkan oleh Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS). Salah satunya melalui kegiatan Diskusi Ilmiah Dosen bertajuk “Integrasi Spiritualitas Islam dalam Praktik Keperawatan Menuju Pelayanan Holistik dan Berkeadaban”, yang digelar pada Selasa pagi (1/7) di ruang 408, lantai 4 gedung FIKKES UNIMUS.
Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB ini menghadirkan Ustadz Okeu Setiawan, seorang dai nasional yang dikenal dengan tausiyah yang membumi dan aplikatif. Kegiatan diikuti dengan antusias oleh mahasiswa S1 Keperawatan, D3 Keperawatan, serta seluruh dosen keperawatan UNIMUS.
Suasana diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Mahasiswa aktif mengajukan pertanyaan, membahas bagaimana nilai-nilai spiritual seperti sabar, ikhlas, dan syukur dapat diterapkan dalam konteks klinis dan pelayanan pasien.
Salah satu momen menarik terjadi saat Dr. Ns. Machmudah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku Kaprodi S1 Keperawatan UNIMUS, mengajukan pertanyaan tentang bentuk konkret implementasi sabar dalam praktik keperawatan. Ustadz Okeu menjawab lugas, mengaitkan teori dengan contoh langsung dari pengalaman kehidupan sehari-hari.
"Sabar itu adalah salah satu kunci dari Allah SWT yang tiada batasnya. Kalau ada yang berkata sabar ada batasnya, berarti dia belum benar-benar mempraktikkan sabar itu sendiri," ujar Ustadz Okeu Setiawan di tengah forum yang disambut tepuk tangan para peserta.
Di akhir sesi, Ustadz Okeu juga menyampaikan bahwa tausiyah ini akan menjadi program berkelanjutan, sebagai bagian dari upaya memperkuat nilai spiritual dalam pendidikan kesehatan. Ia juga mengundang peserta untuk mengikuti lanjutan materi di kanal YouTube pribadinya.
Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama antara mahasiswa, dosen, dan Ustadz Okeu Setiawan. Diskusi ini bukan sekadar transfer ilmu, namun juga menjadi pengingat bahwa keperawatan bukan hanya soal keterampilan medis, tetapi juga tentang menyentuh hati dengan nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan.
